TUGAS PAPER
MATA KULIAH INDERAJA
“PENGINDERAAN JAUH”
DISUSUN OLEH
AGUS NURUL KOMARUDIN
NIM. K2D 008 005
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
I. Pengertian Penginderaan Jauh
Secara sederhana penginderaan jauh dapat diilustrasikan sebagai suatu proses pembacaan yang dilakukan mata kita terhadap suatu benda. Mata kita bertindak sebagai alat sensor penerima pantulan cahaya yang dipantulkan oleh benda kemudian diposes lebih lanjut dan diterjemahkan secara lebih komplek oleh otak.
Beberapa ahli menterjemahkan penginderaan jauh sebagai ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990); merupakan upaya untuk memperoleh, mengidentifikasi dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (Avery, 1985).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa penginderaan jauh merupkan upaya untuk menperoleh suatu data atau informasi tentang objek tertentu dengan menggunakan alat sensor (alat peraba) tanpa ada kontak langsung dengan objek. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dan kemudian dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Data yang diperoleh dari penginderaan jauh dapat berbentuk hasil dari variasi daya, gelombang bunyi atau energi elektromagnetik. Sebagai contoh grafimeter memperoleh data dari variasi daya tarik bumi (gravitasi), sonar pada sistem navigasi memperoleh data dari gelombang bunyi dan mata kita memperoleh data dari energi elektromagnetik.
II. Alat Penginderaan jauh
Untuk dapat melakukan penginderaan juah dibutuhkan alat sensor, alat pengolah data, dan alat pendukung lainnya. Oleh karena alat peraba (Sensor) tidak diletakan di atas objek, maka diperlukan wahana yang bisa membawa alat sensor tersebut. Seperti balon udara, pesawat terbang, setelit, atau wahana lainnya. Berikut adalah spesifikasi ketinggian dari masing-masing wahana yang dapat digunakan.
(gambar spesifikasi ketinggian berbagai macam wahana)
Alat sensor dalam penginderaan jauh digunakan sebagai alat untuk melacak, merekam, mendeteksi suatu objek padadaerah jangkauan tertentu. Kemampuan sensor untuk merekan, melacak, mendeteksi memiliki berbagai perbedaan tergantung pada kepekaan sensor terhadap spektrum elektromagnetik. Kepekaan sensor untuk merekam gambar terkecil disebut dengan resolusi spasial. Semakin kecil objek yang dapat di rekam dengan baik maka resolusi spasian pun semakin baik pula pada citra yang didapatkan.
Berdasarkan proses prekamannya sensor dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain :
1. Sensor Fotografi
Prosen perekanam yang dilakukan oleh sensor sama dengan proses pemotretan pada kamera foto biasa, dengan prosesnya dilakukan secara kimiawi. Dimana perekaman objek, tenaga elektromagnetik yang diterima akan direkam pada emulsi film kemudian akan menghaslkan foto.
2. Senseor Elektromagnetik
Merupakan alat sensor yang bekerja secara elektrik dengan pemerosesan data secara komputerisasi. Hasil akhirnya berupa data visual atau data digital/numerik. Proses perekamannya diperoleh dengan memotret data visual dari layar atau dengan menggunakan film perekam khusus. Hasil akhirnya berupa foto dengan film sebagai alat perekamnya. Data yang telah diperoses disebut dengan citra.
Agar informasi-informasi dalam berbagai bentuk tadi dapat diterima oleh sensor, maka harus ada tenaga yang membawanya antara lain matahari. Informasi yang diterima oleh sensor dapat berupa:
- Distribusi daya (forse).
- Distribusi gelombang bunyi.
- Distribusi tenaga elektromagnetik.
Informasi tersebut berupa data tentang objek yang diindera dan dikenali dari hasil rekaman berdasarkan karakteristiknya dalam bentuk cahaya, gelombang bunyi, dan tenaga elektromagnetik. Contoh: Salju dan batu kapur akan memantulkan sinar yang banyak (menyerap sinar sedikit) dan air akan memantulkan sinar sedikit (menyerap sinar banyak). Informasi tersebut merupakan hasil interaksi antara tenaga dan objek. Interaksi antara tenaga dan objek direkam oleh sensor, yang berupa alat-alat sebagai berikut:
- Gravimeter : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.
- Magnetometer : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.
- Sonar : mengumpulkan data tentang distribusi gelombang dalam air.
- Mikrofon : mengumpulkan/menangkap gelombang bunyi di udara.
- Kamera : mengumpulkan data variasi distribusi tenaga elektromagnetik yang berupa sinar.
Seperti telah disebutkan bahwa salah satu tenaga yang dimanfaatkan dalam penginderaan jauh antara lain berasal dari matahari dalam bentuk tenaga elektromagnetik. Matahari merupakan sumber utama tenaga elektromagnetik ini. Di samping matahari sebagai sumber tenaga alamiah, ada juga sumber tenaga lain, yakni sumber tenaga buatan.
III. Interpretasi Citra
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, citra merupakan masukan data yang diperoleh oleh proses pengindraan (pengamatan, perekaman) yang dilakukan oleh sensor dari suatu objek tertentu. Masukan data tersebut kemudian diamati atau dianalisis dengan tujuan untuk mengidentifikasi objek dan nilai-nilai objek yang dibutuhkan (Interpretasi Citra). Menurut Este dan Simonett, 1975: Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Dalam menginterpretasi citra dilakukan beberapa langhak, yakni :
- Deteksi, ialah pengenalan objek yang mempunayi karakteristik tertentu oleh sensor.
- Identifikasi, ialah mencirikan objek dengan menggunakan data rujuakan yang lain.
- Analisis, pengambilan data secara lebih lanjut.
Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman dari foto udara atau satelit.
Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke arah teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini, interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra.
Objek yang telah dikenali jenisnya, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan tujuan interpretasinya dan digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara. Kemudian pekerjaan medan (lapangan) dilakukan untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya. Setelah pekerjaan medan dilakukan, dilaksanakanlah interpretasi akhir dan pengkajian atas pola atau susunan keruangan (objek) dapat dipergunakan sesuai tujuannya. Untuk penelitian murni, kajiannya diarahkan pada penyusunan teori, sementara analisisnya digunakan untuk penginderaan jauh, sedangkan untuk penelitian terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk analisis dalam bidang tertentu seperti geografi, oceanografi, lingkungan hidup, dan sebagainya.
Dalam menginterpretasi citra, pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.
Referensi
Estes J.E., Imaging with Photographic and Nonphotographic Sensor System, In:Remote Sensing Tehciques for Environtmental Analysis, California: Hamilton Publishing Compagny, 1974.
Lillesand, Kiefer, Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra, Gajah Mada University Press, 1988.
http://www.agusnurul.blogspot.com/
0 comments