UN Sebagai Ajang Penebusan Sebuah ANGKA
Adalah pintar…adalah pandai…adalah bisa… itulah sebagian potensi yang semua manusia miliki. Memang manusia membutuhkan kemampuhan untuk menyelesaikan suatu masalah. kemampuhan yang dikeluarkan secara maksimal untuk menyelesaikan masalah, itulah yang disebut potensi. Apakah kita menyadari? seberapa banyak potensi yang kita miliki ? dan sejauh mana potensi yang ada di dalam diri kita digunakan dengan maksimal?
Memang kita sering memandang masalah yang belum pernah kita temukan terasa lebih berat untuk diselesaikan… padahal apabila kita pernah bertemu dengan masalah itu dan berhasil menyelesaikannya. Maka kita meresa ringan bahkan mampu untuk menyelesaikannya kembali. Itu hanyalah secuil masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari…
Tentunya beda lagi dengan masalah yang dihadapi dalam mengarungi samudera pendidikan… bertubu-tubi masalah yang bakal kita hadapi. Mulai dari keterlambatan masuk sekolah (bakal dijemur di lapang… itu waku dulu!eh lupa sekarang malah lebih kejamada yang diajak berantem) eh itu Cuma intermezzo…sampai kita menuai masalah dengan gurunya sendiri… (ko… bias ya kita gitu) ya! memang begitulah berlajar. Ketika kita merasa terpuruk… maka ketika itulah kita berkata “ini masalah”. Apa lagi yang sekulnya sering banyak tugas n ulangan… kaya sekolah ana sekarang… banyak tugas… kalau salah, telat or ga ngerjain! Ketemu dengan masalah “hilang nilai”! yang lebis kronis lagi. Ketika kita sering ulangan… tiap bab yang sudah selesai pasti ulangan… mendingan yang bisa mengadapi masalah… gimana dengan yang tidak! Ketemu deh dengan masalah “diher” kalau hasil her kita jelak, maka kita diherlagi! Dan begitulah sampai target nilai terpenuhi. bahkah ni pengalaman ana. Di papan pengumumam tertulis “yang ulangannya diher dan diher, diher lagi minggu depan diher kembali”. (lucu gat tuh??) ya… memang begitulah di sekolah ana…!
Tapi
merasa tidak setuju… ketika melihat ada keputusan yang hanya memandang dari hasil…yang barometer hasilnya adalah sebuah angka matematis. Tapi tidak semu yang kita lakukan akan sukses wong Cuma gusti Allah yang memutuskan!!. Semestinya kita memberikan keputusan berdasarkan analisis proses penyelesaian masalah tersebut. Bukan hasilnya…! Sekali lagi BUKAN HASILNYA. Kalau memang kita hanya bisa melihatnya dari hasil?? Kenapa Tuhan tidak jadikan semuanya beriman??? Biar hasilnya semua mengabdi padanya!!!. Tapi Tuhan begitu peduli sama kita… Dia menilai dari proses yang kita lakukan. Tuhan saja begitu.. kenapa kita tidak??? Kita kan manusia… tentu banyak kelebihan dan kekurangan. Begitupun dengan potensi kita… ketika si A tidak bisa dibidang 1 tapi bisanya di bidang 2! Akankah kita memandang nilai buruk ketika si A tidak bisa kedua-duanya? Berikanlah sebuah penghargaan untuknya yaitu memberikan nilai atas proses yang sudah dilakukannya. Nilai kan bukan segalanya yang mementukan suatu keberhasilan. Nilai adalah hanya salah satu ukuran untuk melihat hasil-tidaknya suatu proses.
0 comments