Semenjak 2014 Nasdem menjadi Parpol baru yang mampu bersaing di papan tengah bahkah mampu bersaing menjadi penentu kemenangan pada beberapa pemilu, mulai dari calon kepala daerah sampai ke calon presiden.
Seperti halnya pencalonan Capres Jokowi di 2014, Ridwan Kamil di 2018, kini Nasdem juga melakukan hal yang sama untuk capres 2024.
Menurut saya, terdapat beberapa alasan Nasdem selalu melakukan pengumuman calon yang diusungnya lebih awal, serta kenapa pilihan capres 2024 jatuhnya ke Anis Baswedan.
1. Momentum
Momentum yang tepat tidak datang dua kali, seperti pepatah lama. Nasdem tidak ingin kehilangan momentum saat Anis selesai menjabat gubernur DKI di tgl 16 Oktober 2022. Karena Anis sudah pada posisi bebas untuk melakulan safari politik.
Berbeda dengan parpol lain yang masih tarik-ulur menentukan Capresnya, seperti yang dilakukan PDIP. Arus bawah, terutama pendukung Jokowi lebih menginginkan Ganjar, tetapi Mega dan sebagian elitnya sepertinya lebih mewacanakan Puan untuk menjadi capres PDIP.
Selain itu dengan mencalonkan Anis, Nasdem sudah pasti bertujuan untuk menambah perolehan suara Partai dari pendukung Anis (Suara sebagian Oposisi Jokowi). Kalaupun nantinya Anis kalah, setidanya Nasdem punya bekal suara untuk Pemilu 2028.
3. Elektabilitas
Pada rakernas Nasdem 2022 ada tiga nama yang sudah muncul akan menjadi capres Nasdem, yaitu Anis, Ganjar, dan Andika.
Tapi kenapa yang dipilih Anis?
Alasannya tentu elektabilisaa Anis dan Ganjar di beberapa survey selalu paling atas, sementara Andika masih berada di bawah.
Tapi kenapa Anis, bukan Ganjar?
Alasannya karena Ganjar masih tersandera. Ganjar sebagai kader PDIP, yang sampai saat ini PDIP masih tarik-ulur untuk menentukan capresnya.
Kedua posisi Ganjar yang masih menjabat Gubernur sampai 2023. Sehingga secara kebebasan politik ganjar lebih sulit untuk bisa leluasa melakukan safari politik.
5. Kapasitas
Anis, Ganjar, Andika sama-sama memiliki kapasitas yang mumpuni untuk dijadikan Capres.
Anis dan Ganjar berhasil terpilih sebagai kepala daerah. Bahkan Ganjar terpilih dua kali sebagai Gubernur Jateng. Tapi kenapa Anis?
Alasannya tentu adalah beberapa program yang berhasilan Anis jalankan di DKI yang selama ini sudah menjadi pemberitaan (baik yang pro maupun yang kontra). Sehingga program-program ini akan lebih mudah untuk menjadi bahan campaign Anis dalam menyampaikan gagasan dari bukti-bukti yang telah dicapai di DKI.
6. Kondisi lawan politik.
Menjelang akhir tahun 2022 ini terlihat beberapa partai besar sudah mulai mewacanakan siapa capres yang akan diusungnya. Namun karena elektabilitasnya tidak setinggi Ganjar dan Anis merekapun masih tarik-ulur mentukan calonnya, seperti PDIP yang menginginkan Puan, Golkar : Erlangga, dan Gerindra : Prabowo.
Setelah Anis sudah ditetapkam menjadi capres Nasdem walapun Nasdem harus berusaha menjaga komunikasi koalisi dengan PKS dan Demokrat membuat beberapa partai besar mulai mengkaji apakah tetap mengusung calon yang mereka/ elit partai inginkan dengan kondisi elektabilisas dibawa Anis. Atau pada akhirnya mencalinkan nama yang elektabilitasnya tinggi, seperti PDIP kembali mengusung capres yang bukan dari trah Sukarno, yaitu Ganjar. Sehingga nantinya akan menarik partai besar lainnya berkolisi dengam PDIP.
Apabila Ganjar jadi dicalonkan baik oleh PDIP dan/ Parpol lain maka akan terjadi head to head antara Anis dan Ganjar.
Kalau seperti ini, Prediksi untuk cawapres masing-masing kandidat ini harus saling melengkapi. Anis akan memilih cawapres yang mewakili Jawa dan Nasionalis. Sementara ganjar akan memilih cawapres yang mewakili luar jawa dan kalangan agamis.
Anis bisa Jadi cawapresnya AHY / Andika / mungkin Sri Mulyani.
Sementara Ganjar cawapresnya bisa jadi Yenny Wahid/ Mahfud/ Cak Imin.
Atau malah jadi antiklimak dengan kondisi Ganjar tidak ada yang mencalonkan, sehingga dirangkul Anis untuk menjadi cawapresnya dan head to head dengan koalisi pengusung Puan-Prabowo/ Puan-Erlangga/ Prabowo-Cak Imin.
Kita tunggu tahun 2023 apakah akan terjadi head to head Anis vs Ganjar?
0 comments